PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING VIA PEMBELAJARAN DARING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA KELAS X

 

Reny Azraeny. M, S.Pd.­1

1Simulasi dan Komunikasi Digital, SMK Negeri 3 Sorong

Email: ren@gse.smkn3ktsorong.sch.id

 

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital via pembelajaran Daring (Whatsapp Group, Google Classroom, dan Google Meet) selama pandemi Covid-19. Pembelajaran Problem Based Learning yakni membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan informasi dengan menarik, memudahkan penafsiran informasi, dan memadatkan informasi. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang kearah kondisi yang diharapkan. Hasil dari penelitian aktifitas peserta didik diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas visual dari 78% menjadi 95%, listening dari 67% menjadi 88%, writing dari 47% menjadi 78%, mental dari 57% menjadi 93%, dan emotional dari 53% menjadi 90%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Sorong.

Abstract. This study aims to increase the activity of students in Simulation and Digital Communication subjects via online learning (Whatsapp Group, Google Classroom, and Google Meet) during the Covid-19 pandemic. Learning Problem Based Learning which help learners improve understanding, presenting interesting information, facilitate the interpretation of information, and condense information. This research is a Classroom Action Research that focuses on efforts to change the current real conditions towards the expected conditions. The results of the research on student activities showed that there was an increase in visual activity from 78% to 95%, listening from 67% to 88%, writing from 47% to 78%, mental from 57% to 93%, and emotional from 53%. to 90%. This shows that the application of the model Problem Based Learning can help increase the activity of class X students at SMK Negeri 3 Sorong.

Kata kunci: Problem Based Learning, Keaktifan Peserta Didik, Daring

 

  1. PENDAHULUAN

Salah satu prinsip dalam pendidikan saat ini adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif sehingga proses pembelajaran tidak berpusat lagi kepada guru. Akan tetapi, pada kenyataannya saat ini masih banyak proses pembelajaran yang masih berpusat kepada guru. Peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan guru tetapi tidak benar-benar memahaminya. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan belajar mengajar yang masih kurang efektif yang dilaksanakan oleh guru. Guru kurang mengaitkan permasalahan di lingkungan sekitar dengan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang terpusat pada guru membuat peserta didik menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran. Cara mengajar guru harus dikembangkan sesuai dengan keadaan kelas yakni menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan peranan guru dalam proses pembelajaran yakni penentu strategi pembelajaran yang akan menentukan arah pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Ketepatan guru memilih model pembelajaran sesuai dengan materi yang relevan mempengaruhi daya tarik dan keaktifan peserta didik untuk belajar.

Apalagi ditengah pandemi Covid-19 yang terus melaju hingga saat ini, pemerintah masih tetap untuk menganjurkan proses belajar dari sekolah dilakukan di rumah dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Selama setahun lebih, peneliti banyak mendengar beberapa keluhan dari beberapa peserta didik tentang pemahaman mereka terkait materi pelajaran sangatlah minim. Beberapa guru juga mengeluh terkait jumlah kehadiran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran baik secara Sinkron (Google Meet) atau Asinkron (Google Classroom) serta daftar peserta didik yang mengumpulkan tugaspun sangatlah sedikit. Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital yakni pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini disebabkan masih ramai guru pengampu mata pelajaran tersebut yang menggunakan metode ceramah dan jarang melibatkan peserta didik dalam proses belajar daring Sinkron serta hanya mengupload modul dan tugas-tugas uraian yang bersifat monoton sehingga menyebabkan peserta didik juga belum maksimal dalam : (1) berkolaborasi dalam pengerjaan tugas secara berkelompok, (2) merespon pertanyaan/instruksi yang disampaikan oleh guru, (3) mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan (4) memanfaatkan sumber belajar yang ada.

Oleh karena itu, perlu dicari metode lain yang dapat mengatasi kelemahan tersebut. Peneliti ingin menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning, dimana pembelajaran Problem Based Learning memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Kegunaan pembelajaran Problem Based Learning yakni membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan informasi dengan menarik, memudahkan penafsiran informasi, dan memadatkan informasi. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan peserta didik dalam menerima informasi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning via Pembelajaran Daring (Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom) untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Kelas X Pada Mata Pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di SMK Negeri 3 Sorong”.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model Problem Based Learning via Pembelajaran Daring (Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom) untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Kelas X Pada Mata Pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di SMK Negeri 3 Sorong?” serta “Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Sorong dengan diterapkan model Problem Based Learning via Pembelajaran Daring (Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom) untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Kelas X Pada Mata Pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di SMK Negeri 3 Sorong?”

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam mengikuti proses pembelajaran daring (Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom) pada  mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital Kelas X SMK Negeri 3 Sorong serta Melihat peningkatan keaktifan peserta didik dalam model Pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran daring (Google Meet, Whatsapp Group,  dan Google Classroom) pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital Kelas X SMK Negeri 3 Sorong”.

Jika tujuan di atas dapat dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

  • Bagi Peserta Didik

Membantu peserta didik untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu keputusan pemecahan masalahnya dan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran daring (Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom).

  • Bagi Guru

Menambah referensi guru mengenai model pembelajaran khususnya model pembelajaran Problem Based Learning untuk diterapkan dalam pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital.

  • Bagi Sekolah

Memberikan sumbangsi yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sebagai peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital.

 

  1. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang kearah kondisi yang diharapkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Sorong pada siswa kelas X. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2021. Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua yang kemudian dilihat adanya peningkatan hasil sesuai dengan target yang telah ditentukan. Setiap siklus terbagi dalam satu kali pertemuan dan kemudian dilakukan evaluasi guna mengukur peningkatan ketercapaian ketuntasan belajar minimal siswa. Akhir dari setiap siklus dilengkapi dengan kegiatan refleksi dan perencanaan tindakan berikutnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMK Negeri 3 Sorong pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital yang diampu oleh peneliti. Sampel dari penelitian ini adalah perwakilan dari masing-masing kelas X TKJ yang akan digabungkan hingga berjumlah 15 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan, meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran, penyiapan instrumen tes (pretest, postest), lembar observasi dan membentuk kelompok belajar siswa, (2) tahap pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan kegiatan dari perencanaan yang dibuat, (3) tahap observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan tindakan melalui pedoman observasi, dan (4) tahap refleksi, yaitu menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan, sehingga dapat dibuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui Observasi dan Tes. Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasikeaktifan peserta didik yang telah dipersiapkan, meliputi: memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan aplikasi corel draw dan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah dalam pelajaran maupun presentasi (mental activities), sikap selama pelajaran (emotional activities). Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada peserta didik kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test).

 

  1. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENELITIAN

SIKLUS I

 Perencanaan tindakan pada siklus I antara lain: guru menyiapkan RPP, media pembelajaran, menyiapkan LKPD, dan evaluasi pembelajaran (quiz). Kemudian guru menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan pada saat diskusi kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi serta kerja kelompok dengan model Problem Based Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil pre test, post test dan keaktifan peserta didik. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada Hari Rabu, 2 Juni 2021 selama 3 jam pelajaran dengan alokasi waktu 3×45 menit tepatnya pukul 11.00 – 14.00 WIT. Materi yang digunakan adalah tentang fungsi dan jenis presentasi video serta dokumen tahap pra produksi.

Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observasi melakukan pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observasi adalah keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital dengan menerapan model Problem Based Learning. Data tentang hasil belajar peserta didik sebelum tindakan pre test siklus I digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan siklus I dan post test I untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I.

Hasil belajar peserta didik sebelum tindakan siklus I menunjukkan bahwa nilai pre test I adalah minimum 20 dan maksimum adalah 60 dan hasil belajar siklus I menunjukkan bahwa nilai post test I minimum 60 dan maksimum 90. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik siklus I sebesar 66,7 dan diperoleh informasi bahwa dari 15 peserta didik tidak terdapat hasil belajar pada kategori sangat rendah dan rendah sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Sorong pada siklus I telah mencapai kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Berdasarkan tindakan pada siklus I meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan peserta didik melalui strategi pembelajaran PBL masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi antara lain : Aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar sebagian besar masih pasif, hanya dua orang yang berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, hanya tiga beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat, serta kerjasama dan keaktivan peserta didikyang berdiskusi via WAG perlu lebih ditingkatkan. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II dengan beberapa revisi yang didasarkan pada refleksi siklus I.

 

SIKLUS II

Perencanaan tindakan pada siklus II antara lain: guru menyiapkan RPP, media pembelajaran, menyiapkan LKPD, dan evaluasi pembelajaran (quiz). Kemudian guru menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan pada saat diskusi kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi serta kerja kelompok dengan model Problem Based Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil pre test, post test dan keaktifan peserta didik. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada Hari Selasa, 15 Juni 2021 selama 3 jam pelajaran dengan alokasi waktu 3×45 menit tepatnya pukul 09.00 – 13.00 WIT. Materi yang digunakan adalah tentang tahap produksi (teknik menggunakan, pengambilan, dan pergerakan kamera).

Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observasi melakukan pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observasi adalah keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapan model Problem Based Learning. Pada siklus II ini keaktifan peserta didik meningkat pesat dikarenakan materi pembelajaran telah dikaitkan dengan kehidupan sehari hari dan sudah sangat dikenal oleh sebagian besar peserta didik tentang tahap produksi video. Peserta didik juga mulai terbiasa dengan model pembelajaran PBL sehingga merangsang untuk aktif baik dalam bertanya, menjawab, dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah pada LKPD.

Data tentang hasil belajar peserta didik sebelum tindakan pre test siklus II digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan siklus II dan post test II diberikan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus II. Dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik sebelum tindakan siklus II menunjukkan bahwa nilai pre test II adalah minimum 50 dan maksimum adalah 80 dan hasil belajar siklus II menunjukkan bahwa nilai post test II minimum 70 dan maksimum 10. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik siklus II sebesar 81,3 sehingga dapat diperoleh informasi bahwa dari 15 peserta didik tidak terdapat hasil belajar pada kategori sangat rendah,rendah, dan sedang sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Sorong pada siklus II telah mencapai dua kategori saja yakni tinggidan sangat tinggi.

Berdasarkan tindakan pada siklus II meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui strategi pembelajaran PBL sudah cukup menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian peserta didik sangat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil dari pre test dan post test pada siklus II yang memuaskan.

Analisis aktifitas peserta didik dalam Mata Pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan pendekatan Problem Based Learning dianalisis secara deskriptif persentase. Persentase keaktifan peserta didik yang meningkat dari pertemuan 1 sampai pertemuan 2 merupakan indikator keberhasilan metode sesuai dengan KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) siswa yaitu 60, kelas dinyatakan telah berhasil atau aktif belajarnya apabila sekurang-kurangnya 75% telah aktif belajarnya. Terlihat bahwa keaktifan peserta didik pada setiap kategori meningkat. Hal ini disebabkan karena peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan metode PBL.

 

3.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas X TKJ SMK Negeri 3 Sorong dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,6 yaitu dari 66,7 menjadi 81,3.

Meningkatnya nilai rata-rata tesebut disebabkan oleh peserta didik lebih mudah menyerap materi pembelajaran yang dikaitkan dengan permasalahan di lingkungan sekitar. Pembelajaran Problem Based Learning dapat merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran yang lebih kritis dan aktif. Metode Problem Based Learning juga memberikan tantangan pada peserta didik sehingga bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan solusi dari masalah maupun pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.

Berdasarkan hasil observasi aktifitas peserta didik, diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas visual, listening,  writing, mental, dan emotional activities. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mulai memberikan respon yang positif terhadap pelajaran yang diikutinya, baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang disampaikan, ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun didalam mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode belajar Problem Based Learning, peserta didik menjadi lebih mudah memahami materi karena mereka belajar melalui masalah-masalah yang timbul dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut dan secara otomatis mendapat pengetahuan sekaligus cara menerapkannya.

 

  1. PENUTUP

Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, dapat disimpulkan bahwa “Penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Sorong. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 14,6 yaitu dari 66,7 menjadi 81,3. Hasil belajar peserta didik telah melampaui indikator keberhasilan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yakni 60 serta berdasarkan hasil penelitian aktifitas peserta didik diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas visual dari 78% menjadi 95%, listening dari 67% menjadi 88%, writing dari 47% menjadi 78%, mental dari 57% menjadi 93%, dan emotional dari 53% menjadi 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan keaktifan peserta didik kelas XSMK Negeri 3 Sorong. Keaktifan peserta didik dilihat dari aspek memperhatikan, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam kelompok, mengerjakan soal, belajar menggunakan sumber, dan presentasi kelompok dari siklus I sampai II sebagian besar aspek mengalami peningkatan”.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

  • Bagi guru menyampaikan materi dengan model Problem Based Learning tetapi dengan menggunakan media ajar yang menarik dan menggunakan model Problem Based Learning pada materi pembelajaran yang sulit dipahami dan perlu pemikiran mendalam untuk melatih kemampuan peserta didik dalam berpikir. Guru dapat menerapkan model Problem Based Learning dalam materi tertentu untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
  • Bagi peserta didik dapat belajar menggunakan model Problem Based Learning dengan sungguh-sungguh pada materi yang sesuai, karena mempunyai banyak manfaat kedepannya, diantaranya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, berpandangan luas dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dan juga dapat memberikan bekal kecakapan berfikir secara ilmiah, apalagi dunia ini akan semakin banyak masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Amir, M Taufiq. (2012). Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning.

Jakarta: Prenada Media Group.

Agus Suprijono. (2009), Cooperative Learning, Yogjakarta: Pustaka Belajar.

Bekti Wulandari dan Herman Dwi Surjono. (2013). Pengaruh Problem-Based

Learning terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar plc di SMK, Jurnal Pendidikan Vokasi, Universitas Negeri Yogyakarta. Vol 3, Nomor 2, Juni 2013, 178

Inggrid Dwi Astuti. (2014), Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Jaringan Dasar Kelas XProgram Keahlian Teknik Komputer Jaringan SMKMa’arif 1 Wates. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Kinanti Padmi Pratiwi. (2018), Penerapan Modul Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di SMKN 2 Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Leonardus Baskoro Pandu Y. (2013). Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pelajaran komputer (kk6) di smk n 2 wonosari yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Linda, T. & Sara, S. (2002). Problems as possibilities: problem-based learning for K–16  education. ASCD.

Maggi, S. & Claire H.M. (2004). Founda-tions of problem-based learning. New York: Open University Press.

Nana Sudjana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sri Anita. (2020). Penerapan Pembelajaran dalam Jaringan (Daring) pada Anak Usia Dini Selama Pandemi Virus Covid-19 di Kelompok A BA Aisyiyah Timbang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sundari. (2016). meningkatkan keaktifan siswa pada kompetensi dasar mempertahankan kemerdekaan indonesia melalui model pembelajaran card sort pada siswa kelas ix smp negeri 3 ponorogo, gulawentah: Jurnal Studi Sosial, Volume 1 Nomor 1 Juli 2016.

Sudikin dkk. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdiknas.

Sumitro dkk. (2006). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Uno, Hamzah B. Koni, Satria & Lamatenggo, Nina. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta : Bumi Aksara.

Wagiran. (2015). Peningkatan Keaktifan Mahasiswa dan Reduksi Miskonsepsi Melalui Pendekatan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 1 Nomor 2 Juli 2015.

Wina Sanjaya (2012). Strategi Pembelajaran : Berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zabit, M.N.M, (2010). Problem-based learn-ing on students’ critical thinking skills in teaching business education in malaysia: A literature review. American Journal of Bussiness Education, Vol. 3 Nomor 2010.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *